Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia menyiratkan akan melakukan adaptasi terhadap pandemi Covid-19, new normal, itu namanya. Berdasarkan perhitungan para pembuat kebijakan, tampaknya Indonesia sudah saatnya memasuki apa yang disebut dengan new normal tadi. Coba kita lihat satu persatu apa yang disebut dengan new normal ini.
Menurut Oxford Dictionary[1], makna idiom new normal adalah a situation that used to be unusual but is now what you should expect. Tidak biasa, tapi mau tidak mau harus dikerjakan. Begitu kira-kira bahasa gampangnya.
Idiom new normal ini sudah ada sejak lama, populer dalam dunia bisnis dan ekonomi pada tahun 2008, dimana saat itu terjadi resesi global, dan mau tidak mau, dunia usaha harus beradaptasi dengan krisis pada saat itu [2]. Bahkan sebelum itu, tahun 2001, tragedi 9/11 di U.S, menyebabkan idiom new normal ini juga muncul, dimana pada saat itu penguatan sistem keamanan ditingkatkan lagi dan menjadi baku baru [3]. Dan banyak lagi idiom new normal yang dipakai jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Pandemi suatu penyakit tentunya merupakan ranah WHO sebagai suatu organisasi kesehatan dunia. Namun, istilah new normal versi WHO sampai tulisan ini dibuat belum ada. Dilakukan pencarian pada kolom search situs WHO pun tidak ada satu artikel yang memuat kata new normal [4]. Presiden Indonesia, Jokowi, memunculkan istilah new normal per tanggal 15 Mei 2020. "Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal", tutur beliau [5]. Disini yang menarik, WHO secara resmi belum menyarankan new normal sebagai salah satu cara adaptasi yang perlu dilakukan, jadi, pemerintah kita ikut siapa? Sedangkan panduan untuk melakukan new normal, WHO menyampaikan bahwa ahli epidemiologi setiap negara harus dilibatkan dan mengambil tindakan berbasis bukti menyesuaikan negara tersebut [6].
Beberapa negara yang telah melakukan new normal antara lain, China, Australia, Italia, Korea Selatan, Vietnam, Taiwan, Selandia Baru, dan beberapa negara bagian Amerika Serikat [7]. Alasan yang digunakan oleh seluruh negara tersebut adalah mengembalikan kehidupan ekonomi dan bisnis masyarakat yang sempat mati suri dalam dua hingga tiga bulan terakhir. Kemungkinan, pemerintah kita mencontoh negara-negara tersebut untuk melakukan adaptasi new normal. Namun, apakah pemerintah kita telah mencontoh keberhasilan negara tadi dalam mengatasi Covid-19? Menurut Dr. Hans Henri P. Kluge, WHO Regional Director for Europe, ada enam syarat suatu negara boleh menerapkan new normal [8]:
Menurut Oxford Dictionary[1], makna idiom new normal adalah a situation that used to be unusual but is now what you should expect. Tidak biasa, tapi mau tidak mau harus dikerjakan. Begitu kira-kira bahasa gampangnya.
Idiom new normal ini sudah ada sejak lama, populer dalam dunia bisnis dan ekonomi pada tahun 2008, dimana saat itu terjadi resesi global, dan mau tidak mau, dunia usaha harus beradaptasi dengan krisis pada saat itu [2]. Bahkan sebelum itu, tahun 2001, tragedi 9/11 di U.S, menyebabkan idiom new normal ini juga muncul, dimana pada saat itu penguatan sistem keamanan ditingkatkan lagi dan menjadi baku baru [3]. Dan banyak lagi idiom new normal yang dipakai jauh sebelum pandemi Covid-19 terjadi.
Pandemi suatu penyakit tentunya merupakan ranah WHO sebagai suatu organisasi kesehatan dunia. Namun, istilah new normal versi WHO sampai tulisan ini dibuat belum ada. Dilakukan pencarian pada kolom search situs WHO pun tidak ada satu artikel yang memuat kata new normal [4]. Presiden Indonesia, Jokowi, memunculkan istilah new normal per tanggal 15 Mei 2020. "Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal", tutur beliau [5]. Disini yang menarik, WHO secara resmi belum menyarankan new normal sebagai salah satu cara adaptasi yang perlu dilakukan, jadi, pemerintah kita ikut siapa? Sedangkan panduan untuk melakukan new normal, WHO menyampaikan bahwa ahli epidemiologi setiap negara harus dilibatkan dan mengambil tindakan berbasis bukti menyesuaikan negara tersebut [6].
Beberapa negara yang telah melakukan new normal antara lain, China, Australia, Italia, Korea Selatan, Vietnam, Taiwan, Selandia Baru, dan beberapa negara bagian Amerika Serikat [7]. Alasan yang digunakan oleh seluruh negara tersebut adalah mengembalikan kehidupan ekonomi dan bisnis masyarakat yang sempat mati suri dalam dua hingga tiga bulan terakhir. Kemungkinan, pemerintah kita mencontoh negara-negara tersebut untuk melakukan adaptasi new normal. Namun, apakah pemerintah kita telah mencontoh keberhasilan negara tadi dalam mengatasi Covid-19? Menurut Dr. Hans Henri P. Kluge, WHO Regional Director for Europe, ada enam syarat suatu negara boleh menerapkan new normal [8]:
- Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan.
- Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina.
- Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi , terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai.
- Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan - dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan.
- Risiko kasus impor dapat dikelola.
- Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal
Indonesia memiliki jumlah penduduk 273,523,615 jiwa [9], terbanyak keempat di dunia.
Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak, pemerintah kita memberikan stimulus sebesar IDR 405,1 T, angka ini sebesar 2,8% dari PDB (produk domestik bruto) [10]. Sedangkan negara lain yang jumlahnya lebih sedikit daripada Idonesia, stimulus yang dikucurkan oleh pemerintahnya jauh lebih besar. Jepang memberikan stimulus 10% dari PDB (GDP), Australia 10,9%, Malaysia 10%, Singapura 10,9% dan Amerika 10,5% [10]. Gimana tuh kira-kira? Kabar terbaru yang beredar beberapa hari terakhir, pemerintah akan menambah suntikan dana untuk percepatan penanganan Covid-19 sebesar 62,3 T [11].
Sampai tulisan ini dibuat, Indonesia belum menunjukkan akan, telah atau melewati puncak pandemi. Grafik yang ditunjukkan oleh worldometer(dot)com jelas menunjukkan tren yang masih meningkat [12].
Sementara itu negara yang melakukan kebijakan new normal, grafik jumlah kasus Covid-19 sudah mulai melandai. Grafik dibawah ini contoh negara-negara yang mulai menerapkan new normal.
1. China [13]
2. Korea Selatan [14]
3. Taiwan [15]
4. Vietnam [16]
5. Hong Kong [17]
Negara-negara diatas berhasil melakukan kendali terhadap penularan Covid-19 dengan menerapkan lock down, active case finding, massive rapid test, stimulus dana yang optimal, dan yang paling penting warganya nurut.
Penerapan new normal ini bukannya tanpa masalah. Korea Selatan yang baru menerapkan new normal pada tanggal 6 Mei 2020, harus mengakui ketidaksiapan dan kegagalannya setelah ditemukan 79 kasus baru setelah penerapan new normal. Angka ini merupakan angka tetinggi dalam dua bulan terakhir. Akhirnya keputusan melakukan pembatasan sosial diberlakukan kembali per tanggal 29 Mei 2020 selama dua minggu [18].
Korea Selatan yang penduduknya sedikit, tertib dan berpendidikan saja masih gagal, apakah Indonesia bisa menerapkan new normal ini? Silahkan mereka-reka.
Pemerintah kita dihadapkan pada situasi yang sangat kompleks, menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan dana? Disisi lain, masih ada masalah dana yang belum selesai seperti BPJS. Kalau mau berpikir epidemiologis, maka masalah nyawa tentu wajib diutamakan dengan jaminan dana dari pemerintah. Sayangnya, pemerintah kita tidak bisa melakukan ini. Untungnya, banyak orang kaya di Indonesia yang dermawan, ratusan milyar disumbangkan ke pemerintah setempat, rumah sakit dan warga terdampak untuk penanganan Covid-19.
Sebagai warga negara yang baik, tentu tidak bijak bila kita hanya menyalahkan atau menggerutu terhadap kebijakan pemerintah. Covid-19 ini pandemi dan sangat menular. Kepatuhan terhadap anjuran pemerintah merupakan kunci utama pencegahan dan memutus rantai penularan infeksi Covid-19. Selama kita tidak patuh, maka new normal akan jauh panggang dari api.
Sudahi hoax, tuduhan konspirasi, monetisasi Covid-19, dan anggapan-anggapan sampah lainnya yang menjurus pada perpecahan kita. Biasakan saring sebelum sharing.
Semoga Covid-19 bisa segera dikendalikan di Indonesia dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala.
Referensi
1. https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/normal_2
2. https://en.wikipedia.org/wiki/New_Normal_(business)
3. https://www.youtube.com/watch?v=VxdD7aq4Oj8
4. https://www.who.int/home/search?query=new%20normal&page=1&pagesize=10&sort=relevance&sortdir=desc&cname=highlight-en&cname=emronew&cname=who&cname=euro&cname=afro&cname=amro&cname=pmnch&cname=searo&cname=workforcealliance&cname=wpro&default=AND&f.Countries.size=100&f.Lang.filter=en&f.RegionalSites.filter=Global&f.RegionalSites.size=100&f.Topics.size=100&f.contenttype.filter=html&f.contenttype.size=100&f.doctype.size=101&facet.field=RegionalSites&facet.field=Topics&facet.field=doctype&facet.field=Countries&facet.field=contenttype&facet.field=Lang&tune=true&tune.0=3&tune.1=2&tune.2=2&tune.3=3&tune.4=180&tune.5=75
2. https://en.wikipedia.org/wiki/New_Normal_(business)
3. https://www.youtube.com/watch?v=VxdD7aq4Oj8
4. https://www.who.int/home/search?query=new%20normal&page=1&pagesize=10&sort=relevance&sortdir=desc&cname=highlight-en&cname=emronew&cname=who&cname=euro&cname=afro&cname=amro&cname=pmnch&cname=searo&cname=workforcealliance&cname=wpro&default=AND&f.Countries.size=100&f.Lang.filter=en&f.RegionalSites.filter=Global&f.RegionalSites.size=100&f.Topics.size=100&f.contenttype.filter=html&f.contenttype.size=100&f.doctype.size=101&facet.field=RegionalSites&facet.field=Topics&facet.field=doctype&facet.field=Countries&facet.field=contenttype&facet.field=Lang&tune=true&tune.0=3&tune.1=2&tune.2=2&tune.3=3&tune.4=180&tune.5=75
5. https://nasional.tempo.co/read/1342885/pernyataan-lengkap-jokowi-soal-new-normal-damai-dengan-covid-19/full&view=ok
6. https://www.who.int/southeastasia/news/detail/15-05-2020-local-epidemiology-should-guide-focused-action-in-new-normal-covid-19-world
7. https://republika.co.id/berita/qb1arm396/legislator-kebijakan-new-normal-dinilai-terburuburu
8. https://tirto.id/syarat-new-normal-dari-who-negara-sudah-mampu-kendalikan-covid-19-fDnC
9. https://www.worldometers.info/world-population/population-by-country/
10. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4983928/stimulus-rp-405-t-buat-lawan-corona-masih-kurang/1
11. https://tirto.id/siapkan-rp623-t-buat-lawan-corona-sri-mulyani-potong-anggaran-kl-eGsY
12. https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/
13. https://www.worldometers.info/coronavirus/country/china/
14. https://www.worldometers.info/coronavirus/country/south-korea/
15. https://www.worldometers.info/coronavirus/country/taiwan/
16. https://www.worldometers.info/coronavirus/country/viet-nam/
17. https://www.worldometers.info/coronavirus/country/china-hong-kong-sar/
18. https://www.islampos.com/kasus-covid-19-naik-lagi-new-normal-di-korea-selatan-gagal-192307/
egional Director for Europe, Dr Hans Henri P. Kluge
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
egional Director for Europe, Dr Hans Henri P. Kluge
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
Regional Director for Europe, Dr Hans Henri P. Kluge
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
Regional Director for Europe, Dr Hans Henri P. Kluge
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
Baca selengkapnya di artikel "Syarat New Normal dari WHO: Negara Sudah Mampu Kendalikan COVID-19", https://tirto.id/fDnC
No comments:
Post a Comment