Indonesia ini besar dengan tradisi. Bagi sebagian besar orang Indonesia, tradisi seolah perintah wajib melebihi syarat dan rukun dalam ritual keagamaan.
Tiba-tiba ada pandemi. Keajegan menjaga tradisi pun diuji. Dan hasilnya, tradisi tetap diperjuangkan. Ngabuburit, mudik, dan silaturrahmi. Tidak ada di negara lain. Tradisi yang telah dibangun bertahun-tahun seolah tak rela bubar karena pandemi. Ditakut-takuti dengan cara apapun dan oleh siapapun, rakyat Indonesia tetap berjuang menjaga tradisi. Bukan satu hal yang patut dipuji. Mengingat ini situasi pandemi.
Aturan yang dibuat oleh para pembuat aturan dicari-cari celahnya supaya bisa lolos. Khas sekali. Sukanya ngakali.
Pun miskomunikasi, miskoordinasi, misinterpretasi marak akhir-akhir ini ditingkat para petinggi. Beda petinggi beda solusi. Masa itu bagian dari tradisi?
Perjuangan para tenaga kesehatan seolah-olah tak berarti kalau yang lain tetap melanjutkan tradisi. Polisi, TNI, Dishub, Satpol PP yang jaga di setiap check point bagai melukis diatas air.
Fakta yang mengejutkan, negara berpaham komunis lebih cepat mengatasi pandemi daripada negara demokrasi. Apakah ada korelasi? Ya mungkin karena mereka tidak kenal tradisi. Satu kata pemimpin, yang lain disiplin mengikuti. Tapi ini cuma satu sisi.
Sementara di Indonesia, semua di politisasi.
Tradisi.
No comments:
Post a Comment