Cerita ini sebenarnya terjadi di hari yang sama dengan cerita yang saya post sebelumnya dengan judul 'Kadung Hamil, Senyum!'. Namun cerita ini memiliki kisah yang berbeda sama sekali.
Seorang ibu muda berusia akhir 20an ditemani suami dan seorang perempuan -yang tampak lebih 'berada' dari pasangan tersebut- datang ke praktek saya dengan keluhan mual muntah dan tidak enak makan, dengan riwayat tidak haid selama 5 bulan. Setelah saya persilakan duduk, saya bertanya sedikit tentang riwayat pernikahan dan persalinan pasangan tersebut. Mereka bercerita bahwa mereka telah menikah selama tujuh tahun, namun ini hamil yang pertama.
Satu hal yang menjadi perhatian saya, afek pasien apatis dan lebih sering menunduk daripada menatap saya. Mungkin karena bawaan saya kurang senyum. Suaminya lebih banyak berbicara, pun ibu yang mengantar. Tujuan mereka datang ke saya adalah untuk memeriksakan sang ibu yang menurut perhitungannya saat ini sedang hamil lima bulan. Anehnya, mereka belum sekalipun memeriksakan kehamilan yang ditunggu-tunggu ini ke tenaga medis, hanya sekali ke dukun bayi, dan dikatakan hamil 4 bulan saat itu. Kebiasaan tradisional yang tidak patut dipertahankan.
Saya bertanya, mengapa tidak pernah periksa, bukankah ini kehamilan yang ditunggu? Jawab sang suami karena sibuk bekerja dan belum ada dana.
Kemudian, apa saja yang sudah dilakukan? tanya saya kembali. Setelah melakukan pemeriksaan ke dukun bayi, dilakukan acara empat bulanan di kampung, selametan dengan keluarga, begitu jawab suami. Hm.. paradox.
Setelah sedikit wawancara tadi, saya melanjutkan ke pemeriksaan fisik, yang saya temukan perutnya membesar, seolah ada sesuatu di dalam perutnya, bahkan perutnya yang membesar hingga pusat. Oke, ini sesuai 20-24 minggu.
Kemudian saya melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG), saya coba raba perut ibu, kesannya tidak ada yang membesar, tidak pula teraba rahim. Sambil melakukan USG, saya bertanya apakah ada mual dan muntah, ibu itu menjawab ada, sehari bisa lebih dari lima kali. Perlahan-lahan saya melakukan pemeriksaan USG, memastikan kehamilan sang ibu. Namun, saya tidak berhasil menemukan janin di dalam perut ibu, bahkan rahimnya pun tidak membesar. Perut yang tampak membesar tak lebih hanya jaringan lemak dan organ dalam perut, tidak ada janin. Saya ulang lagi, hasilnya, sama. Tak tampak pula kantong atau janin di luar rahim.
Setelah meyakinkan diri saya sendiri bahwa ibu ini tidak hamil, saya mempersilakan ibu untuk turun dari meja periksa. Sambil berjalan pelan, saya mengingat-ingat apa istilah medisnya kehamilan palsu ini. Terakhir saya belajar saat dokter muda di bagian psikiatri. Ternyata sulit juga melakukan recall.
Saya menjelaskan pada ibu tadi dengan hati-hati.
'pak, bu, ibu tidak hamil. Hasil USG saya menunjukkan tidak ada janin dalam perut ibu, bahkan rahim ibu pun tidak membesar.'
Tak ada sepatah kata yang keluar dari pasangan tadi.
Ibu sang pengantar tadi akhirnya berbicara, 'pasti tidak hamil ya dok? soalnya dia mual muntah terus dok, dan perutnya membesar. Masa palsu dok, apa bukan hamil anggur dok?'
Saat ibu tersebut mengatakan kata palsu dan hamil anggur, entah kenapa tiba-tiba terlintas di otak saya, kata pseudocyesis. Ya, itu yang saya tunggu-tunggu. Pseudocyesis alias kehamilan palsu.
'Iya bu, ibu ini tidak hamil, istilah medisnya pseudocyesis, kehamilan palsu', saya mencoba menjelaskan.
Kehamilan palsu ini terjadi akibat keinginan ibu yang sangat kuat untuk hamil, sehingga otak memerintahkan ke bagian tubuh kita seolah-olah kita hamil. Yang paling ingin dilihat saat hamil, salah satunya perut membesar. Dan ini erat kaitannya dengan masalah psikiatri.
Saya masih memperhatikan afek ibu tadi yang belum bersuara, dan afeknya masih datar. Saya coba menerka apa yang dirasakan ibu tadi, kemungkinan dia merasa bersalah karena belum bisa hamil dan sangat ingin hamil. Pikiran ingin hamil ini menghantui trus sehingga dalam alam bawah sadarnya tercipta kondisi bahwa ibu ini hamil dan otak memerintahkan apa yang ibu ini inginkan. Tidak haid dan perut membesar. Dan itu berhasil, bahkan hingga mengadakan acara syukuran empat bulanan.
Suaminya mengernyitkan dahi, kecewa dan tidak percaya dengan hasil pemeriksaan saya. Saya kembali menjelaskan dengan hati-hati, sampai akhirnya suami tersebut menerima kondisi istrinya.
Saya pun sedikit tidak percaya, kasus pseudocyesis ini sangat jarang. Sedikit literatur yang menjelaskan kasus ini. Selama saya sekolah spesialis kandungan, belum sekalipun saya menemukan kasus ini.
Secara teori, kasus ini sering terjadi pada kelompok sosial ekonomi rendah, akses kesehatan yang sulit, dan stress berat. Manifestasi kehamilan yang terjadi dipengaruhi oleh penurunan dopamin akibat stress yang mengakibatkan penurunan GnRH sehingga meningkatkan hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang menyebabkan amenorea. Sedangkan pembesaran perut diduga akibat penurunan norepinefrin sehingga aktivitas sensori-neural terganggu dan menyebabkan pembesaran perut.
(Sumber: Klik disini).
Akhirnya, mereka menerima apa yang saya jelaskan, dan meninggalkan tempat praktek saya. Mungkin dengan seribu pertanyaan.
The Eight-Wheel Classic - TITIAN Arts
ReplyDeleteThe eight-wheel classic bicycle is 메이피로출장마사지 available in six sizes. The Bicycle Wheel is a classic bicycle made 1등 사이트 in USA, titanium metal trim but https://septcasino.com/review/merit-casino/ there are three poormansguidetocasinogambling.com variations in