Agama dan Beragama
Kata 'ágama' berasal dari bahasa sansekerta, a artinya tidak, gama artinya kacau, agama artinya 'tidak kacau'.
Beragama adalah wujud kebutuhan spiritual setiap manusia. Pada saat agama samawi belum tersebar ke seluruh penjuru dunia, muncul aliran paganisme (menyembah berhala), kemudian animisme (menyembah benda-benda sekitar) dan dinamisme (menyembah roh/arwah nenek moyang), ada juga yang menyembah api, menyembah matahari, dll. Itu adalah contoh bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan 'sosok spiritual' yang bisa disembah, bisa menjadi tempat berdoa, mengeluh dan menghamba.
Benturan logika dan agama
Kebenaran dalam agama bersifat dogmatis. Adakalanya logika tidak perlu mencari benang merah setiap pernyaataan yang tertulis dalam kitab suci sebagai representasi ajaran agama. Namun, menemukan batas logika sebelum akhirnya memutuskan pasrah terhadap kebenaran dogmatis agama menunjukkan kualitas berpikir seseorang.
Era agama samawi mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia, kitab suci mulai dipakai, dan dijadikan dasar untuk menjalankan pemerintahan. Agama samawi berasal dari langit dan menyembah Tuhan. Manifestasi penyembahan setiap agama samawi berbeda satu dan yang lainnya. Aplikasi ajaran kitab suci setiap agama samawi berbeda satu dan yang lainnya. Inilah yang memunculkan intrik dan kadang kontraproduktif antar pemeluk agama. Perang agama tertua dan terlama didunia, Perang Salib adalah salah satu contoh betapa agama sebenarnya sangat dibutuhkan oleh setiap individu.
Apakah bisa ditarik kesimpulan agama menyebabkan perang?
Tidak. Bukan agama yang menyebabkan perang. Misinterpretasi, kesombongan, intoleransi, dan radikalisme dari penganut agama yang menyebabkan perang.
Tidak. Bukan agama yang menyebabkan perang. Misinterpretasi, kesombongan, intoleransi, dan radikalisme dari penganut agama yang menyebabkan perang.
Apakah tanpa agama kehidupan kita lebih damai?
Tentu tidak. Agama diturunkan oleh Tuhan dengan tujuan untuk mengatur hidup umat manusia. Agama memiliki aturan dan batasan yang sifatnya dogmatis, kebenarannya mutlak. Agama sudah seharusnya menjadi dasar dan acuan setiap tindak tanduk manusia. Bukan agama yang menyesuaikan dengan manusia, tetapi manusialah yang harus menyesuaikan dengan agama. Bila semua tindakan manusia mengacu pada agama dengan pemahaman yang benar, maka tidak akan ada lagi perang, tidak akan ada lagi konflik, tidak ada istilah intoleransi, tidak ada istilah radikalisme, dsb.
Jadi, jangan pisahkan agama dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan tetap mempertahankan toleransi.
Karena sekulerisme bukan solusi.
No comments:
Post a Comment