Thursday, September 23, 2010

Tuberkulosis Milier (Milliary TB)

Epidemiologi
Tuberkulosis milier termasuk salah satu bentuk TB yang berat dan merupakan 3-7 % dari seluruh kasus TB, dengan angka kematian tinggi ( dapat mencapai 25 % pada bayi). Tuberkulosis milier merupakan penyakit limfohematogen sistemik akibat penyebaran kuman M. Tb dari kompleks primer, yang biasanya terjadi dalam waktu 6 bulan pertama, serig pada 3 bulan pertama setelah infeksi awal.Tuberkulosis milier sering terjadi pada anak kecil, terutama milier lebih sering terjadi pada bayi dan anak kecil karena sistem imunnya belum berkembang sempurna.
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis, paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru.
TB Milier merupakan penyakit Limfo-Hematogen sistemik akibat penyebaran kuman M. tuberkulosis dari kompleks primer yang biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan pertama setelah infeksi awal.
Patofisiologi
Proses penyebaran M. Tb dapat secara limfogen dan hematogen. Penyebaran secara limfogen dapat membentuk kompleks primer sedangkan secara hematogen dapat menyebabkan komplikasi sistemik. Penyebaran hematogen ada tiga macam:
  1. Occult hematogenic spread (penyebaran hematogenik tersamar).
  2. Acute generalized hematogenic spread (penyebaran hematogenik generalisata akut).
  3. Protracted hematogenik spread (penyebaran hematogenik berulang-ulang).
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari penyebaran hematogenik generalisata akut dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan dari proses ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomi lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm yang tersebar merata (difus) pada paru.
Terjadinya TB milier dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kuman M. tuberkulosis (jumlah dan virulensi), status imnologis penderita (nonspesifik dan spesifik) dan faktor lingkungan (kurangnya paparan sinar matahari, perumahan yang padat, polusi udara, merokok, penggunaan alkohol, obat bius serta sosio ekonomi). Beberapa kondisi yang menurunkan sistem imun juga dapat menyebabkan timbulnya TB milier.
Gejala Klinis
Manifestasi klinis TB milier dapat bermacam-macam, bergantung pada banyaknya kuman dan jenis organ yang terkena. Gejala yang sering dijumpai adalah keluhan konik yang tidak khas yaitu ;
  • Demam lama (lebih dari 2 minggu) dengan penyebab tidak jelas.
  • Nafsu makan tidak ada (anoreksia).
  • Berat badan turun atau gagal tumbuh (dengan demam ringan atau tanpa demam).
  • Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multiple.
  • Batuk lama lebih dari 3 minggu dan sesak napas.
TB milier dapat juga diawali dengan serangan akut berupa demam tinggi yang sering hilang timbul (remittent). Gejala klinis biasanya timbul akibat gangguan pada paru, yaitu gejala respiratorik seperti batuk dan sesak napas disertai ronkhi atau mengi.
Diagnosa
Diagnosis TB milier pada anak dibuat berdasarkan ;
  1. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa yang infeksius (BTA positif).
  2. Gambaran radiologis yang khas.
  3. Gambaran klinis.
  4. Uji tuberkulin yang positif.
Uji tuberkulin tetap merupakan alat bantu diagnosis TB yang penting pada anak. Uji tuberkulin negatif belum tentu tidak ada infeksi atau penyakit TB atau sebaliknya.
Pemeriksaan sputum atau bilasan lambung dan kultur M. tuberkulosis tetap penting dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk membantu mendiagnosis penyakit TB milier dapat dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain ;
1. Uji tuberkulin.
Disebut juga Mantoux Test, dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml PPD-RT 23 2TU, PPD-S 5 TU atau OT 1/2000 secara intrakutan. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Indurasi 0-4 mm negatif, indurasi 5-9 mm masih meragukan, diameter lebih dari 10 mm jelas positif.
2. Pemeriksaan radiologis.
Gambaran radiologis TB milier sangat khas, berupa tuberkel halus (millii) yabg tersebar merta (difus) di seluruh lapangan paru, dengan bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1-3 mm).
3. Pemeriksaan bakteriologis.
Penemuan kuman TB memastikan diagnosis TB, tetapi tidak ditemukannya kuman TB bukan berarti tidak menderita TB. Pemeriksaan bakteriologis terdiri dari 2 cara, yaitu pemeriksaan mikroskop hapusan langsung untuk menemukan kuman TB dan pemeriksaan biakan kuman.
4. Pemeriksaan patologi anatomi.
Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara rutin.
Terapi
Pada prinsipnya sama dengan pengobatan Meningitis TB (ada di artikel laib dalam blog ini).
Prognosa
Prognosis dipengaruhi banyak faktor, yaitu ;
  1. Umur anak.
  2. Berapa lama telah mendapatkan infeksi.
  3. Luasnya infeksi.
  4. Keadaan gizi.
  5. Sosio ekonomi.
  6. Diagnosis dini.
  7. Pengobatan adekuat.
  8. Adanya infeksi lain.
.::by mdap2010::.

No comments:

Post a Comment

About Me

My photo
Dokter Kandungan praktek di RSUD dr. Soetomo, RS William Booth Surabaya, RS WIjaya